Senin, 14 September 2015

Persiapan pernikahan

     Pernikahan adalah hal sakral  bagi semua orang. Oleh karena itu disiapkan sebaik mungkin. Begitupun kami yang akan melangsungkan pernikahan pada Oktober mendatang. Berbagai persiapan mulai dari hantaran, jahit baju, sewa baju dll.
     Persiapan dimulai dari membeli beberapa pakaian dan barang kebutuhan lainnya yang menunjang. Di antaranya baju, tas, dompet, sandal, makeup, peralatan mandi dan masih banyak lagi.
    Mungkin hantaran yang kubeli tak semewah yang dibeli orang lain. Semua disesuaikan dengan budget sang pria. Hanya beberapa item saja yang kubeli dan hunting mulai beberapa hari kemarin. Alhamdulillah semua sudah terselesaikan. 
Hantaran itu adalah salah satu cara kita untuk menikmati free uang dari calon suami *beberapa kalimat yang kuambil dari blog sebelah. Memang sejatinya iya, tapi tetap disesuaikan dengan keperluan dan budget.

Selesai bicara mengenai apa hantaran. Saatnya memperkenalkan lokasi untuk membelinya. Dimulai dari sandal,  tak jauh-jauh dari tempat tinggal,  yaitu Matahari Mall, high heels merek St. Yves  terpilih satu, hijab segiempat dan pashmina masing-masing satu merek Zhe, lagi-lagi merek dari Matahari. Belanjanya sudah mendekati tutup, sudah ada pemberitahuan dari informasi bahwa toko akan tutup kurang dari 15 menit lagi.
Bergeser dari cerita di Matahari, esoknya saya ditemani kekasih membeli baju, kali ini kendaraan parkir di depan toko yang menyediakan berbagai produk yang biasanya jadi sponsor sinetron di TV swasta. Tapi lupa apa nama tokonya. Yang pasti terambil satu long dress merek Zoya, lalu berlanjut menuju Azila Rumah Busana Muslim. Di sana pilih long dress lagi tapi gak ada yang pas. Akhirnya hanya terpilih satu lembar kerudung Elzatta. Diskon 10% karena saya pake member card.
Selesai cerita soal baju kembali menuju ke Pasar yang banyak orang bilang Los Angeles untuk menukar cincin pemberian mertua karena kegedean. Maaf ya mertua sayang.
Cincin beres, lalu menuju WTC untuk membeli beberapa barang. Di antaranya handbag di Bellagio, menurut saya harganya lumayan fantastis, kalau dibelikan di belakang Mega atau tepatnya Pasar Sitimang dapet tiga tas KW. Hehehe ☺.
Handbag clear, pandangan teralihkan ke Planet Surf, ulalala magnetnya kuat banget dan kembali merogoh kocek agak dalam karena membeli dompet Ripcurl yang harganya bisa dibelikan tiga dompet KW di Pasar Sitimang.
It's OK, mata agak meleleh juga melihat belt dan kaos oblongnya. Tapi..... tahan mata dulu. Masih banyak kebutuhan lain yang menunggu.

Lelah belanja, nongkrong sebentar di D'Cost untuk isi perut.

Bersambung....

Rabu, 19 Agustus 2015

D'Cost

Tik tak tik tok...

Mungkin tak ada judul yang bisa kutempelkan.
Ini hanya sepenggal kisah yang tak begitu penting.
Hanya saja ini kugoreskan untuk mengenangnya.

Kisah ini masih lanjutan di hari yang sama, HUT RI pada sore hari.

Sepulang dari pengambilan gambar, priaku tepar dan aku meracik sedikit menu untuk mengganjal perut. Makanan kesukaannya, sayur asem dan sambal terasi.
Kubiarkan ia tertidur sesaat sembari menungguku selesai menyiapkan makan siang yang didobel ke sore.
Tak perlu menunggu lama, sekitar 15 menit nasi, sayur dan sambal terhidang dan kubangunkan priaku untuk makan.

Beberapa saat kemudian nasi yang terhidang lenyap dari pandangan. Entah karena lapar atau karena memang kami doyan.

Setelah menunggu beberapa saat membiarkan lambung mencerna nasi yang kami makan.
Kami memutuskan untuk jalan-jalan menikmati Kota Jambi di sore hari.
Selesai berberes dan merapikan dandanan. Kami meluncur ke Trona, tujuan awal hanya membeli plastik dan alat2 untuk kebutuhan suvernir pernikahan.

30 menit mencari barang yang diinginkan, kami mendapatkan semua dan akhirnya kaki kami langkahkan menuju etalase pisau di Lantai 3. Melihat dan membeli 50 pcs pisau pesanan my mom.
Menunggunya lama, karena stok pisau diambil di gudang.
Daaaan,, ketika mau transaksi baru ingat. Gak bawa cash. Terpaksa bergaya ala orang berduit, bayarnya pake Debit padahal nominal yang mau dibayar hanya Rp 135.000.

Urusan dengan pisau finis. Berlanjut keliling dan menuju d'Cost. Tempat makan "harga kaki lima rasa bintang lima". Mottonya begitu..

Menuju ke papan menu dan akhirnya memilih makanan yang ringan. Karena perut masih kenyang dengan nasi plus sayur asem sore tadi.
Cap cip cup akhirnya terpilih lah jus sirsak, jus jeruk, tomyam, dan tofu saus tiram.

Membawa kartu menu menuju meja kosong di sudut. Sambil menunggu pelayannya datang. Selfie adalah langkah pertama yang harus dilakukan. Baru berapa kali take. Mbak-mbaknya datang dengan kalimat panjang lebar menjelaskan menu dan beberapa hidangan gratis seperti sambal terasi, nasi putih dan 2 gelas teh es manis.

Awalnya sempat bingung, karena mbaknya bicaranya kayak kereta eksekutif. Ngebuuut. Pada akhirnya kami memahami bahwa mbaknya berniat baik, memberikan beberapa makanan dan minuman tanpa bayar.

Setelah selesai rundingan, akhirnya kami urungkan niat untuk memesan jus dan hanya menikmati yang free saja -itung2 irit- .

Menunggu sekitar 10 menit pesanan datang. Tapi nasinya kok gak datang-datang. Setelah ditunggu hingga azan berkumandang, sebentuk nasi tak kunjung tiba. Akhirnya kami putuskan mengudap makanan tanpa nasi, seperti pesanan awal kami.

Tepat pukul 18.23 kami menuju kasir. Antre lah sebagai warga yang baik. Di saat itulah priaku mengatakan. Gimana nasi mau datang. Ternyata ambil sendiri..
Ulalaaaa...
Program baru d'Cost yang gak kupahami. Maklum jarang makan di sana. Payah menjangkaunya -alasan tak masuk akal sih- , tapi memang benar karena melewati ekskalator berkali-kali untuk menuju tempat itu.

D'Cost sejatinya tempat makan yang bisa dibilang berbudget miring dan tempatnya nyaman. Mungkin menjangkaunya saja yang agak jauh. Karena letaknya di lantai 3 kalau tak salah.

Hmmm... jangan terlalu mengeksplor tempatnya, nanti malah dibilang sponsorin. Hehehe

Kembali ke cerita di kasir.. antrean tak lama dan akhirnya terselesaikan pembayaran dan kami pun pulang...

Oh tidaak.. aku tak bisa langsung pulang. Tapi aku tetap kembali ke rutinitasku di malam hari. Kerja, kerja, dan kerja sebagai Copy Editor di Harian Pagi Jambi Independent.

Jambi, 15 Agustus 2015

Prince n Princess di Hari Kemerdekaan



17 Agustus....
Tanggal nan sakral bagi Bangsa Indonesia.
Pada hari itu diperingati sebagai ulang tahun kemerdekaan RI. Hampir semua lapisan masyarakat melaksanakan upacara bendera. Meski tak semuanya upacara termasuk Kami (aku dan priaku).
Saat itu adalah hari kami melakukan pemotretan untuk prewedding -mengikuti tren pernikahan zaman sekarang-.

Sejatinya prewed bukanlah hal wajib dalam rangkaian pernikahan. Namun tetap kami laksanakan agar ada momen yang berbeda antara masa lajang dan masa setelah menikah. Prewed yang akan kami lakukan ini banyak sekali perdebatannya. Mulai dari studio yang akan ditunjuk, baju yang dikenakan, paketan yang diambil, dll. 
Setelah berdebat sekitar 2 mingguan dan melakukan survei ke beberapa studio foto. Terpilihlah Handil Studio Photo. Alasan memilih itu, karena paketan murah dan dekat lokasinya dengan rumah. Pilih-pilih paket akhirnya mengambil Paket 1, isinya 3 foto dengan pemotretan indoor, free baju 1 pasang dan make up serta bingkai foto 24R.

Pelaksanaan prewed dimulai dari telepon berdering pukul 09.00 dari pihak studio, mengingatkan bahwa harus ontime pukul 10.00 WIB. Pukul 09.45 WIB kami meluncur ke lokasi. Sesampai di sana langsung touch up. Tanpa babibu,, duduk manis menikmati muka dipermak seperti badut atau entah apa jadinya.
Hawa kantuk pun menyerang. Sembari di-make up, sempat tertidur beberapa detik.

Sesekali kucuri pandang pada priaku yang mulai menguap menahan kantuknya sambil melihat upacara bendera  live dari istana yang ditayangkan di TV. Tanpa lelah ia tetap tersenyum melihatku yang sedang didandani. Entah karena melihat wajahku yang berdempul dan berwarna-warni seperti badut atau karena senang melihat aku akan menjadi princess.

Hampir 1 jam wajah dipermak, akhirnya finis dan fitting gaun yang akan dipakai. Gaun yang kupilih laksana baju zaman Renaissance. Baju dengan pinggang yang dipaksa langsing dengan cara diikat kuat. Hmmm, kurasakan sesak, tapi aku enjoy it. Aku ingin terlihat langsing saat pengambilan gambar nanti.
Buka ini buka itu, pasang ini pasang itu. Akhirnya selesai aku berpakaian.

Tadaaaaa,,,,
Aku keluar fitting room dan menghampiri priaku yang mulai bosan digoda kantuk.
"What do you think?" tanyaku pada sang pria.
"You look so beautiful, seperti Princess," jawabnya sambil tersenyum dan memberikan sedikit kecupan manja di kepalaku.

Tak menunggu lama, priaku pun mengenakan kemeja dan jasnya. Ada sedikit insiden, kemeja pertama kegedean, kemeja kedua kekecilan. Tapi pilihan jatuh ke kemeja kedua. karena bisa ditutupi jas. Keluar dari fitting room, kulemparkan senyum dan candaan kecil kepada priaku. "Kamu seperti Prince, terlihat gagah sekali kamu sayang". Tanpa banyak kata dia hanya kembali mendaratkan ciuman di kepalaku.


Pukul 11.30 ...
Kami standby di studio, tapi masih menunggu sesaat karena masih banyak yang buat pas foto.
Menunggu waktunya tiba berkali-kali kutanyakan kepadanya apa perasaannya dengan momen ini.
"Sedikit lega, beban berkurang mendekati pernikahan" jawabnya sambil menyandarkan kepalaku di bahunya.

Detik-detik berlalu. Akhirnya kami bersiap akan difoto. Berbagai gaya arahan fotografer, meski kaku dan sulit mengikutinya. Finally, sedikit demi sedikit bisa mencair dan berhasil dijepret dengan pose terbaik.
Saat pengambilan gambar terpaksa copot bulu mata dan dibenerin lagi, karena ternyata bulu matanya tidak sinkron antara mata satu dengan yang lain. 



Dua jam tak terasa untuk pengambilan gambar dengan tiga baju yang berbeda. Ternyata capek juga yaa....
Huuuft,,,
Setelah selesai segera kutanggalkan benda-benda yang masih menempel di wajah dan pilih-pilih foto yang akan dicetak nantinya. 


Berharap saja hasilnya bagus dan tidak mengecewakan nanti. 
 
Pukul 14.30...

Kami menuju ke rumah dan disempatkan untuk mencari bahan makanan. Karena yang pasti kami kelaparan, pasalnya pagi hanya makan mie rebus buatan my prince.



Jambi, 19 Agustus 2015.